Selasa, 11 Februari 2014

ASAL-USUL TAMBANG EMAS DIINDONESIA

Pada awalnya Belanda datang di bumi Nusantara karena tertarik akan rempah-rempah khas seperti lada cengkeh, dan pala yang melimpah di negri ini. Dan kemudian Belanda juga mengeksploitasi kesuburan tanah Nusantara dengan membuka perkebunan aneka komoditas dengan menerapkan sistem tanam paksa yang sangat menyengsarakan penduduk pribumi. Selain itu Belanda juga melirik kekayaan mineral khususnya emas. Jejak kegiatan penambangan yang dilakukan Belanda selama berkuasa di Indonesia masih dapat dijumpai mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi.
Namun jauh sebelum Belanda datang, Nusantara sudah terkenal akan kekayaan emasnya. Emas sebagai salah satu komoditas tambang sudah dikenal dan diusahakan di Nusantara sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Selain situs tambang, banyak artefak yang ditemukan para arkeolog yang terbuat dari emas, baik berupa mahkota, perlengkapan peribadatan, perhiasan, hingga peralatan sehari-hari.  Mitos atau legenda dengan emas menjadi bagian dari kisahnya, masih dituturkan hingga kini. Secara empiris hal tersebut membuktikan bahwa sejak dahulu, beberapa daerah di negri ini pernah menjadi pusat penambangan emas, pengrajin emas, hingga perdagangan emas.
Tambang Salida
Pusat tambang emas tertua Nusantara diantaranya berada di Sumatera.  Menurut M.J. Crow dan T.M. van Leeuwen, jalur emas Sumatra berhimpitan dengan garis patahan karena adanya peristiwa geologi. Proses mineralisasi emas ini terjadi berbarengan dengan munculnya basur magma sepanjang Bukit Barisan. Interaksi magma dengan batuan dasar pada tekanan tertentu sehingga membentuk zona ubahan pada batuan induk lava dan tufa yang kemudian berperan sebagai batuan induk kaya mineral ( host rock ), termasuk emas. Logam mulia tersebut banyak ditemukan disekitar kawasan Bukit Barisan seperti Martabe, Rawas, Bangko, Lebong, dan Mandailing. Hal ini menjadikan pulau Sumatra terkenal dengan sebutan SWARNADWIPA. Yang dalam bahasa Sanskerta berarti "Pulau Emas" seperti yang tertera pada prasasti Nalanda, tahun 860 Masehi.
Perdagangan emas di pulau ini telah berlangsung lama. Berita mengenai Pulau Emas sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Penyair Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis sebuah puisi epik "Os Lusiadas" (1572), tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh penduduk lokal dengan orang asing.  Melalui catatan Tome Pirse, seorang petualang di awal abad 16 telah diketahui bahwa emas telah diperdagangkan di seluruh kota pelabuhan di Sumatera terutama Barus. Bahkan jauh sebelum itu, melalui tulisan Ptolomeus dalam Geographia pada awal abad ke-2, disebutkan bahwa pelabuhan tua di pantai barat Sumatra Utara tersebut, emas telah menjadi salah satu komoditas utama yang diperdagangkan selain kapur barus. Emas yang diperdagangkan tersebut diperkirakan berasal dari sungai-sungai yang berhulu di sekitar Bukit Barisan.
Sebuah batu bertuliskan huruf Hindi yang berasal dari peradaban Hindu-Budha dari kerajaan Sriwijaya dan Melayu menceritakan bahwa “Sultan Sungai Emas” mengekspor emasnya kehilir melalui sungai Indragiri dan Siak yang mengalir dari tanah tinggi Sumatera Barat ke pantai barat Sumatera. Disebut pula bahwa orang Minang yang pertama kali menempati jantung kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang. Kerajaan Minangkabau yang kaya dengan emas merupakan pendukung dari Kerajaan Sriwijaya abad ke 7 pada masa kejayaan agama Budha.
Hingga awal abad ke-17 tambang-tambang di daerah Minangkabau merupakan daerah yang paling kaya akan emas di seluruh kawasan itu. Emas ditambang dari sungai-sungai di sebelah timur dan ditambang-tambang bukit Minangkabau. Dikabarkan bahwa pernah terdapat 1200 tambang emas di sana (Marsden 1783: 168; cf. Eredia 1600: 238-239).
Melalui perjanjian Painan, pada tahun 1662 VOC mendapat konsesi untuk berdagang di pantai barat Sumatra. VOC mulai mengeksploitasi kandungan emas Salida pada tahun 1669 semasa jabatan commandeur VOC ketiga untuk pos Padang; Jacob Joriszoon Pit (1667-23 Mei 1678). Dua ahli tambang pertama yang didatangkan ke Salida bernama Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf yang berasal dari Hongaria.
Selama 150 tahun beroperasinya Tambang Salida tidak banyak yang diketahui orang mengenai tambang itu sampai kemudian Verbeek menerbitkan bukunya, Nota over de verrichtingen der Oost-Indische Compagnie bij de ontginning der goud- en zilveraders te Salida op Sumatras Westkust [Catatan tentang tindakan VOC mulai menggarap sumber emas dan perak di Salida, Sumatra Barat] (1886).
Tambang Lebong
Perusahaan tambang Belanda, baik milik pemerintah maupun swasta baru mulai melakukan kegiatan penambangan di Bengkulu setelah ditemukannya formasi Lebong pada tahun 1890. Penambangan emas yang tertua diantaranya dilakukan oleh perusahaan Mijnbouw Maatschappij Redjang Lebong dan Mijnbouw Maatschappij Simau berada di Lebong, Bengkulu. Kedua perusahaan itu merupakan penyumbang terbesar ekspor emas perak Hindia Belanda. Misalnya, pada tahun 1919 perusahaan Mijnbouw Maatschappij Redjang Lebong menghasilkan 659 kg/emas dan 3.859 kg/perak, dan perusahaan Mijnbouw Maatschappij Simau menghasilkan 1.111 kg/emas dan 8.836 kg/perak. Setidaknya dua perusahaan ini berhasil meraup 130 ton emas selama berproduksi kurang dari setengah abad (1896-1941)
Tambang Singkawang
Kota Singkawang yang penduduknya mayoritas keturunan Cina, leluhurnya adalah pekerja tambang emas imigran dari Cina. Kota Singkawang dulunya merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kerajaan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Sejarah kedatangan orang-orang Cina berawal dari potensi daerah-daerah di wilayah Kerajaan Sambas yang banyak mengandung emas. Sejak Kesultanan Sambas, tambang emas ini merupakan sumber penghasilan kesultanan. Pada 1760 Sultan Umar Akamudin II mendatangkan orang-orang sebagai pekerja tambang di daerah Sambas, Bengkayang, dan Montrado untuk meningkatkan hasil pertambangan emas. Kebijakan Sultan Sambas ini, di samping telah meningkatkan hasil emas bagi Kesultanan Sambas, juga menyebabkan gelombang masuknya ribuan imigran ke daerah itu. Para imigran ini mendirikan kongsi-kongsi pekerja tambang, semacam koloni Cina yang mengatur pemerintahan dan perdagangan.
Tambang Cikotok
Cikotok telah ditemukan sejak tahun 1839 yang kemudian dieksploitasi mulai tahun 1936 oleh perusahaan Belanda N.V. Mijnbauw Maatschapij Zuid Bantam (MMZB). Pada 1939 hingga tahun 1942 terpaksa terhenti akibat terjadinya Perang Dunia II. Selama pendudukan Jepang 1942 – 1945, kegiatan tambang dikerjakan oleh perusahaan Jepang Mitsui Kosha Kabushiki Kaisha tetapi tidak menambang emas melainkan timah hitam timbal (Pb) di Cirotan untuk keperluan produksi amunisi. Pada masa pemerintahan Sukarno tahun 1958, tambang emas Cikotok diresmikan dan dikerjakan oleh NV Tambang Emas Tjikotok (TMT) yang berada di bawah manajemen NV Perusahaan Pembangunan Pertambangan (P3). Setelah beberapa kali berganti induk perusahaan, pada tanggal 5 Juli 1968 tambang emas Cikotok dikelola oleh PN Aneka Tambang (BUMN) yang lalu berubah menjadi PT Aneka Tambang sejak 1974 dan sekarang kemudian dikenal sebagai PT Antam.
peta tambang emas Indonesia

Tambang Emas di Indonesia

Emas adalah logam mulia yang bernilai tinggi yang harganya terus menerus naik dari waktu ke waktu akibat nilai-nilaian dari uang kertas dan logam yang terjun bebas terhadap emas. Emas banyak diburu oleh masyarakat, baik dalam bentuk mentah dari alam langsung maupun dalam bentuk jadi seperti batangan, perhiasan, koin dinar dan lain sebagainya.

Saat ini tambang emas banyak dikuasai oleh perusahan asing, badan usaha milik negara (BUMN), penambang liar, dan lain-lain. Walaupun indonesia menghasilkan emas yang jumlahnya cukup besar, namun pemerintah gagal mensejahterakan rakyat secara merata. Apabila tambang-tambang emas di negara republik indonesia dikuasai dan dikelola secara profesional oleh anak bangsa yang beriman dan berilmu, maka tidak menutup kemungkinan seluruh rakyat dunia bisa sejahtera.

Di bawah ini adalah daftar nama-nama lokasi wilayah tempat penghasil emas (tambang emas) di indonesia :

1. Mimika (Papua)
2. Cikotok (Jawa Barat)
3. Bengkalis (Riau)
4. Tanggamus (Lampung)
5. Bombana (Sulawesi Tenggara)
6. Rejang Lebong (Bengkulu)
7. Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara)
8. Logas (Riau)
9. Sarolangun (Jambi)
10. Merangin (Jambi)
11. Meuleboh (Nanggroe Aceh Darussalam)
12. Monterado (Kalimantan Barat)
13. Malinau (Kalimantan Timur)
14. Kotabaru (Kalimantan Selatan)
15. Kapuas (Kalimantan Tengah)
16. Banyuwangi (Jawa Timur)
17. Cibaliung (Banten)

Daftar nama daerah penghasil emas di atas masih belum keseluruhan masih banyak lagi yang lainnya, apalagi sekarang harga emas semakin meroket maka akan semakin banyak lagi explorasi yang dijalankan sa'at ini.Contoh sekarang yang akan dibuka tambang emas didaerah Cianjur,Garut,Nusa Tenggara ...... Jika ada tambahan silahkan ditambahkan lewat fitur komentar di bawah ini.

Tambahan
Tambang Grasberg adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia. Tambang ini terletak di provinsi Papua di Indonesia dekat latitude -4,053 dan longitude 137,116, dan dimiliki oleh Freeport yang berbasis di AS(67.3%), Rio Tinto Group (13%), Pemerintah Indonesia (9.3%) dan PT Indocopper Investama Corporation (9%). Operator tambang ini adalah PT Freeport Indonesia (anak perusahaan dari Freeport McMoran Copper and Gold). Biaya membangun tambang di atas gunung sebesar 3 miliar dolar AS. Pada 2004, tambang ini diperkirakan memiliki cadangan 46 juta ons emas. Pada 2006 produksinya adalah 610.800 ton tembaga; 58.474.392 gram emas; dan 174.458.971 gram perak

Geologis Belanda Jean-Jacquez Dozy mengunjungi Indonesia pada 1936 untuk menskala glasier Pegunungan Jayawijaya di provinsi Irian Jaya di Papua Barat. Dia membuat catatan di atas batu hitam yang aneh dengan warna kehijauan. Pada 1939, dia mengisi catatan tentang Ertsberg (bahasa Belanda untuk "gunung ore"). Namun, peristiwa Perang Dunia II menyebabkan laporan tersebut tidak diperhatikan. Dua puluh tahun kemudian, geologis Forbes Wilson, bekerja untuk perusahaan pertambangan Freeport, membaca laporan tersebut. Dia dalam tuga mencari cadangan nikel, tetapi kemudian melupakan hal tersebut setelah dia membaca laporan tersebut. Dia berhenti merokok dan melatih badannya untuk menyiapkan perjalanan untuk memeriksa Ertsberg. Ekspedisi yang dipimpin oleh Forbes Wilson dan Del Flint, menemukan deposit tembaga yang besar di Ertsberg pada 1960.
Penghasilan tembaga Grasberg meningkat dari 515.400 ton pada 2004 menjadi 793.000 ton pada 2005. Produksi emas meningkat dari 1,58 juta ons menjadi 3,55 juta ons.
 Tambang Grasberg

TAMBANG EMAS CIBALIUNG

PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) yang merupakan anak perusahaan PT Aneka Tambang tbk (Antam), akhirnya meresmikan mulai beroperasinya Tambang Emas Cibaliung di Kecamatan Cimanggu hari Selasa (25/05). Kegiatan yang diresmikan oleh Gubernur Banten Hj. Atut Chosiyah ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi Proyek Tambang Emas Cibaliung. Seiring dengan selesainya kosntruksi pabrik pengolahan, uji coba operasi prabrik pengolahan / commisioning yang dilakukan pada akhir Maret 2010 dan peleburan pertamanya dilakukan pada pertengahan bulan Mei 2010 lalu.
Hadir dalam acara tersebut selain Gubernur Banten Hj. Atut Chosiyah yang didampingi Muspida Provinsi Banten, Bupati Pandeglang yang didampingi Muspida Kabupaten Pandeglang juga Direktur Utama PT. Aneka Tambang Tbk Alwin Syah Loebis dan Direktur Utama PT Cibaliung Sumberdaya Djundjungan Sinambela.
Dalam sambutannya Djundjungan Sinambela mengatakan bahwa proses perjalanan Proyek Tambang Emas Cibaliung menuju tahap produksi tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Berbagai kendala telah dilewati dengan tetap mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan ujarnya.
“Proyek Cibaliung diawali dengan tahap Eksplorasi pada tahun 1996 dan dilanjutkan dengan tahap studi kelayakan pada tahun 2004, konstruksi dan pengembangan selesai tahun 2005, sedangkan Tahun 2009 diselesaikan insfrastruktur fasilitas penambangan pabrik pengolahan dan pembangunan terowongan tambang (decline). Dan di Tahun 2010 dengan berkat dan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta didorong semangat yang tinggi akhirnya PT Cibaliung Sumberdaya dapat melaksanakan tahap produksi komersial”lanjutnya.
Sementara itu, Alwin Syah Loebis Direktur Utama PT Aneka Tambang dalam sambutannya mengatakan bahwa PT Antam yang memiliki 9 anak perusahaan dan 5 unit Bisnis Strategis ini mengoperasikan 4 tambang nikel, 1 Tambang Emas, 1 Tambang Bauksit dan 1 Tambang Pasir Besi. Antam juga memiliki pabrik pengolahan dan pemurnian logam mulia serta satu unit eksplorasi. Sebagian besar pendapatan perusahaan berasal dari nikel dan emas yang keduanya menyumbang 99% dari Pendapatan Antam. “Dan untuk memperkuat investasi dan kinerja pada tahun 2010 ini, Antam akan mengoperasikan satu tambang emas baru yang berlokasi di Cibaliung ini” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Pandeglang H.Erwan Kurtubi dalam sambutannya mengatakan bahwa pada dasarnya Pemerintah Daerah bersama masyarakat Kabupaten Pandeglang menyambut gembira atas beroperasinya Tambang Emas di Cibaliung ini. Dengan diresmikannya tambang ini, mudah-mudahan akan berdampak pada tingkat kehidupan masyarakat di Pandeglang. Bupati juga mengatakan bahwa ia sempat mengawal proses berdirinya tambang ini mulai dari tahap Eksplorasi, Studi Kelayakan hingga di Operasikannya tambang ini.
Gubernur Banten, Hj. Rt. Atut Chosiyah dalam sambutannya mengatakan bahwa ia mengapresiasi upaya Bupati Pandeglang H.Erwan Kurtubi saat ini yang terus mengawal upaya PT Cibaliung Sumberdaya ini. Ia juga berpesan kepada masyarakat agar mereka turut memelihara dan menjaga keberadaan Tambang Emas ini. Disela-sela sambutannya Gubernur sempat bertanya kepada para tamu undangan yang hadir saat itu tentang bagaimana sikap mereka terhadap keberadaan PT Cibaliung Sumberdaya yang mengelola Tambang ini, mereka serempak menjawabnya dengan Kata “Senang dan Gembira atas beroperasinya Tambang Emas ini”.
SEKILAS TENTANG TAMBANG EMAS CIBALIUNG
Proyek Cibaliung terletak di ujung Barat Daya Pulau Jawa disebelah timur Taman Nasional Ujung Kulon dan secara administratif berada di wilayah Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Lokasi proyek berjarak kurang lebih 197 km dari Jakarta dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat selama 4 jam dari Jakarta, melalui jalan beraspal menuju Kecamatan Cibaliung dan Cimanggu.
Kondisi Topografi daerah dan sekitarnya pada umumnya bergelombang (undulating) sampai berbukit dengan kisaran ketinggian 30-300 meter diatas permukanan air laut. Perbukitan yang lebih tinggi terletak disebelah barat lokasi proyek (diluar KP atau IUP) yaitu Gunung Honje 620m yang masuk kedalam Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Sebagian besar sungai mengalir kearah selatan menuju Samudera Hindia dan hanya sebagian kecil sungai mengalir kearah Barat Laut yang bermuara di Selat Sunda.
SEJARAH  PROYEK CIBALIUNG
Batuan yang mengandung emas di Cibaliung pertama kali ditemukan oleh seorang pekerja bangunan Suryana, bulan Oktober 1992. Suryana berasal dari daerah Bayah sekitar 60 kilometer sebelah timur Cibaliung. Dilaporkan bahwa Suryana menerima wangsit setelah bermeditasi selama sebulan di sebuah makam daerah Cidikit Bayah. Urat kuarsa pertama kali ditemukan dialur yang berada 180 meter sebelah selatan aliran sungai Cikoneng. Sejak itu mulai berkembang penambangan tradisional yang menggunakan tromol. Sejak itu mulai berkembang penambangan tradisional yang menggunakan tromol. Puncak penambangan tradisional terjadi pada tahun 1993, yang tercatat lebih dari 300 tromol dan jumlah komunitas penambang berkembang sampai seribu orang. Sekarang ini, tidak ada lagi aktifitas penambang tradisional di daerah Cikoneng.
Pada tahun 1993, tambang emas di Cikotok sudah mulai kekurangan bijih emas untuk diolah. Sebagai pimpinan Kepala Eksplorasi di Unit Geologi Bogor dan Tambang Cikotok, R.Tobing ditugaskan oleh Aneka Tambang untuk menemukan mineral Bijih tambahan / pengganti. Rumor tentang keberadaan penambangan di Cibaliung membuat Gunadi SF, Manajer Cikotok berkoordinasi dengan R. Tobing dan mengirim Suharjono (Manajer Tambang) dan Marjuli (Assisten Ahli Geologi) untuk meneliti kabar penambangan di Cibaliung. R. Tobing meminta T.Sitorus (Kepala Unit Geologi) untuk menindaklanjuti hasil kunjungan tersebut.
Pada bulan April 1994, tim yang dipimpin Boedi Susila (ahli geologi berpengalaman) melakukan kegiatan pengambilan sampel sedimen sungai dengan ijin SKIP No. 71.K/2011/DDPT/1994. Anggota tim yang lain adalah S.Manihuruk dan J.Sirait, sedangkan Suharjono dan Marjuki hanya ikut penelitian tahap awal. Hasil analisa atas batuan yang berasal dari daerah Cikoneng menunjukan kandungan unsur emas dan perak yang tinggi terutama dua sampel yang diambil dari penambangan masyarakat.
Berdasarkan hasil analisa ini, Aneka Tambang mengajukan Kuasa Penambangan Eksplorasi pada bulan Nopember 1994, yang akhirnya disetujui pada bulan Mei 1995. Atas kuasa penambangan Eksplorasi yang dimiliki oleh Aneka Tambang ini, dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya dilakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain :
  • 1996-1999 PT Antam Tbk dengan Partner Palmer Resource Ltd (Kanada), PT Sitrade Nusaglobus.
  • 1999-2008 Pt Antam Tbk dengan Partner Austindo Resource Corporation NL (ARX) membentuk Perusahaan PT Cibaliun Sumberdaya dalam pelaksanaannya.
  • 2009 sekarang PT Antam Tbk memiliki saham 99,15% pada PT Cibaliung Sumberdaya setelah mengakuisisi saham kepemilikian Austindo Resource Corporation NL (ARX) pada Bulan Juli 2009
Berikut ini adalah Kronologis Proyek Cibaliung :
  • 1998-2003 Kegiatan Eksplorasi Core Diamond Drilling Cikoneng Cibitung
  • 2004 Penyelesaian Tahapan Studi Kelayakan
  • 2005 Konstruksi Pembangunan Proyek, penyiapan lahan, pembuatan jalan masuk Ciraden, pengembangan terowongan Cibitung BoxnCut dan Camp Ciburial.
  • 2006 Pembangunan terowongan Cibitung Box Cut, Pabrik, Pembukaan area TSF (25 ha), pembangunan Infrastruktur dan gudang handak.
  • 2007 Pembangunan terowongan Cibitung Box Cut (112 m) dihentikan, pengembangan terowongan Cikoneng Portal, Penyelesaian Pabrik, meneruskan konstruksi TSF (25 ha).
  • 2008 (Januari – Oktober) Melanjutkan pembangunan terowongan Cikoneng (1176m), penyelesaian tahap akhir pabrik dan meneruskan konstruksi TSF (25 ha).
  • 2008 (Nopember) memasuki tahap care & maintenance.
  • 2009 (16 Februari) Penandatanganan Head of Agreement yang secara garis besar mengatur langkah-langkah pengambilalihan seluruh kepemilikan saham Proyek Cibaliung oleh PT. Antam Tbk.
  • 2009 (Februari-Juni) Meneruskan kegiatan care & maintenance sampai aspek legal pengambilalihan kepemilikan selesai.
  • 2009 (6 Juli) Penandatanganan Akta Pengambilalihan Kepemilikan PT CSD oleh PT Antam Tbk dan PT Antam Resourcindo (PTARI).
  • 2009 (1 Agustus) Memasuki tahapan Konstruksi dan Development
  • 2010 (13 Mei) Peleburan pertama core Bullion.